Alih Bahasa

Selasa, 30 November 2010

Banjir Lahar Dingin, Tanggul Kali Code Jebol





Penulis : Clara Rondonuwu
(Sumber: http://www.mediaindonesia.com/Selasa, 30 November 2010 05:57)
Sumber foto: Hasan Sakri-Tribunnews.com   



         YOGYAKARTA--MICOM: Derasnya banjir lahar dingin Merapi menyebabkan tanggul penahan air jebol di RW 07, Gondolayu, Kelurahan Gowongan, Kecamatan Jetis, Yogyakarta, Senin (29/11) sore. 

          "Pasir dan air setinggi 1 meter akhirnya masuk ke rumah warga RW 07 yang persis di bantaran Kali Code," kata Wihadi, seorang relawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang datang menyerahkan pakaian pantas pakai melalui Ketua RW 07. 
          Adapun warga yang rumahnya telah basah oleh lumpur sebagian mengungsi ke lokasi lebih tinggi. Antara lain di belakang kawasan wisata Malioboro. "Malam hari, sekitar Kali Code tidak hujan. Tetapi alirannya tetap deras," katanya.
          Wilayah yang sempat terendam di Gondolayu, imbuh Wihadi, masih lebih baik daripada di selatannya. Yakni sekitar Jembatan Kewek, belakang Hotel Garuda yang relatif lebih rendah.
          Sementara itu, sejumlah warga yang datang menonton situasi terkini Kali Code mulai diminta menjauh dari Jembatan Gondolayu. "Polisi sudah banyak, mereka tidak memperbolehkan warga berdiri di atas jembatan." (Ccr/OL-8)

Banjir Kali Code Makin Ngegirisi

Dilaporkan oleh: M. I. Sunnah
Sumber Foto: Hasan Sakri-Tribunnews.com


Setelah daerah utara Sleman sejak pukul 14 siang Senin 29/11/2010 hingga sore diguyur hujan terus-menerus, Kali Code banjir besar lagi. Bahkan, kali ini lebih besar dari banjir sebelumnya. Arusnya sangat deras dan bergelombang besar membuat miris warga yang menyaksikannya.
Arus banjir kali yang membelah Kota Yogyakarta ini  membesar mulai 17.15 sore menjelang Maghrib. Mula-mula arus banjir membawa serta kayu-kayu glondongan, batu-batu, dan material Merapi lainnya. Arus makin lama makin kencang dan makin membesar.
Di beberapa titik, arus banjir sempat menggenangi kampung pinggir kali Terban, Jogoyudan, Ledok Cokrodirjan, dan kampung Jambu. Banjir juga meluberi halaman rumah dan menutup saluran pembuangan warga Bintaran. Beberapa warga Bintaran sempat mengungsi ke  Masjid dan Balai RW.
Di Lowano, banjir lahar Merapi meluapkan Kali Code hingga sempat menggenangi kolom-kolam ikan dan bahkan menghanyutkan tak tersisa gunungan-gunungan pasir hasil penambangan warga. Mereka hanya bisa pasrah, “Ya bagaimana lagi, gundukan pasir sudah diangkut oleh yang empunya,” kata Ali Santoso, salah satu tokoh penambang pasir Lowano.
Derasnya arus banjir Kali Code juga sangat nampak di kampung Sorosutan dan Wirosaban yang merupakan wilayah Kota Yogyakarta paling selatan. Arus banjir itu melaju kencang disertai alun bergelombang yang berwarna coklat kental. Tampak kecemasan membayang di wajah para warga yang berduyun-duyun menontonnya. “Banjir Kali Code kali ini sangat ngengirisi”, kata seorang warga begitu sampai di bantaran sungai.
Di wilayah pinggir kali kampung Wirosaban, ketinggian arus air tinggal kurang setengah meter dari tinggi talut. Tak pelak lagi, arus banjir kali ini berhasil menumbangkan semua gundugan talut kantong pasir yang baru dibuat oleh warga pada siang harinya. Jadinya, sepangjang 20 meter talut yang ambrol malam sebelumnya kini jebol lagi. Arus banjir menghantam tembok dan pondasi rumah warga yang ada di sana. Karena terkena gerusan arus banjir bertubi-tubi bawah pondasi rumah tersebut menganga seperti gua dan mulai agak amblas sedikit.
        Semoga Pemkot Yogyakarta melalui Dinas yang terkait segera turun tangan membangun kembali talut Kali Code Wirosaban yang ambrol tersebut. Sebab jika tidak segera ditangani, dikhawatirkan arus banjir Kali Code meluap menggenangi perumahan para elit pegawei Pemprov yang berada tepat di timur talut ambrol tersebut. Semoga Allah SWT melindungi hamba-hamba-Nya yang sholeh lagi suka berbuat kebajikan. Amiin. (MIS) 

Warga Kali Code Bersih-Bersih Rumah

(Sumber: www.Krjogja.com, Selasa, 30 November 2010 09:11:00)
Warga mulai kembali dan membersihkan rumahnya
(Foto : Denny Hermawan)

       YOGYA (KRjogja.com) - Warga Kali Code, Selasa (30/11) pagi kembali ke rumahnya masing-masing dan membersihkan sisa endapan pasir vulkanik pasca banjir lahar yang sempat meluapkan arus sungai, sore kemarin. Bahkan, warga sempat mengungsi ke tempat aman.
       Koordinator Lapangan Posko RW 08 Jogoyudan, Gowongan, Jetis, Wintawan mengatakan ratusan warga terutama ibu, anak-anak dan lansia masih berada di belasan pos pengungsian yang didirikan setiap RW. Sedangkan, kaum lelakinya sibuk membersihkan rumahnya masing-masing.
       "Ini usaha awal yang dilakukan warga. Kalau untuk bersih total ya butuh waktu lama. Apalagi untuk bagian sungai, butuh tambahan alat berat dari pemerintah lagi, karena pasir sudah lebih tinggi dari talud," ujarnya.
       Sementara itu, Warga RW 11 Jogoyudan menjelaskan lupan banjir lahar kemarin mencapai 1,5 meter dan menggenangi rumah warga lainnya. Dan, saat ini warga sibuk menyelamatkan barang  yang dianggap berharga. "'Yang jelas, warga mencoba membersihkan pasir atau air yang masuk sampai ke dalam rumah. kalau ada surat-surat berharga, ya diselamatkan juga. Barang-barang elektronik, beberapa sudah diselamat kan kemarin sore, ketika warga mengungsi,"terangnya. (Den)
     

Lahar Dingin Luapkan Kali Code Yogyakarta Terbelah


Penulis : Agus Utantoro
(Sumber: http://www.mediaindonesia.com/selasa, 30 November 2010 08:15)
Foto: 
Kali Code-Antara/Regina Safri/ip
           YOGYAKARTA--MICOM:Sungai Code, yang membelah Kota Yogyakarta, banjir besar. Untuk menghindari kemungkinan yang buruk, sejumlah jembatan ditutup dari seluruh lalu lintas. 
          Akibatnya, Kota Yogyakarta seperti terbelah, Yogya Barat dan Yogya Timur. Yang ditutup itu antara lain Jembatan Gemawang menghubungkan Dusun Pogung Lor, Kecamatan Depok, dengan Kecamatan Mlati, Jembatan Wreksodiningrat menghubungkan UGM dengan Jalan Monjali, Jembatan Sardjito menghubungkan UGM selatan dengan Jetis, dan sejumlah jembatan lainnya di Kota Yogyakarta. 
          Bagian atas Sungai Code disebut Sungai Boyong yang berhulu di kawasan puncak Gunung Merapi. Banjir besar yang melanda kali ini merupakan yang kedua kalinya dalam dua hari terakhir. 
          Aliran sungai yang berwarna cokelat pekat juga mengeluarkan bau sulfur atau belerang yang cukup menyengat serta bau seperti bara arang yang disiram air. 
          Salah satu pemantau sungai pada Sub Dinas Pengairan Provinsi DIY Sutrisno mengatakan, banjir Sungai Code ini dilaporkan mulai terjadi pada pukul 17.15 WIB. Aliran air yang membawa material vulkanik ini langsung menerjang bantaran sungai ini.
          Secara terpisah Kepala Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta Eko Suryo mengatakan, akibat banjir itu, sedikitnya 500 warga di wilayah Jambu, Cokrodirjan, dan Jogoyudan dievakuasi. "Rumah mereka terendam banjir," ujarnya. 
          Akibat banjir itu, beberapa tebing sungai ambrol. Namun, seberapa kepastiannya, masih dalam penghitungan. "Tim sudah diterjunkan untuk memantau kondisi," katanya. 
          Tak hanya dipenuhi material vukanik, banjir lahar dingin yang meluap di sepanjang Kali Code juga menyebabkan tiga warga RT 10, Jogoyudan, terjebak di atas genteng rumah miliknya. (OL-5)

Merapi Banjir Lahar Dingin, Kali Code Meluap

Sampai sejauh ini, Pemda Yogyakarta belum menghitung kerugian dan jumlah korban.
Ita Lismawati F. Malau
(Sumber: http://nasional.vivanews.com/SELASA, 30 NOVEMBER 2010, 06:33 WIB)
Sumber foto: hasan sakri-tribunnews.com
VIVAnews - Pemerintah Kota Yogyakarta hingga saat ini belum mengetahui berapa besar kerugian yang diderita oleh warga akibat banjir lahar dingin yang melanda Kota Yogyakarta, khususnya warga yang tinggal di sepanjang bantaran sungai Kali Code. Kali ini berhulu di Gunung Merapi.
“Kami juga belum mendapatkan laporan secara pasti korban jiwa baik sakit atau meninggal akibat sungai Code meluap,” kata Haryadi Suyuti, Wakil Wali Kota Yogyakarta, Senin malam 29 November 2010.
Meski belum mendapatkan laporan secara pasti besaran kerugian dan juga korban manusia, namun Pemkot Yogyakarta  sudah menyiagakan segala kebutuhan, terutama untuk kesehatan dan suplai bahan makanan bagi warga yang rumahnya sempat digenangi air. 
 “Petugas juga tengah melakukan pendataan kondisi fisik jembatan yang dikhawatirkan fondasinya retak akibat terjangan banjir lahan,” terangnya.
        Pemerintah Kota Yogyakarta dalam rangka antisipasi dini bahaya banjir lahar dingin juga telah menetapkan 94 titik kumpul bagi warga kota guna mengantisipasi terjadinya banjir lahar. Ada sekitar 13.000 penduduk yang tinggal di bantaran kali. Kesiapan lokasi evakuasi meliputi 66 RW di 15 kelurahan yang berada di delapan kecamatan. 
“Lokasi titik kumpul itu ditentukan oleh warga setempat untuk memudahkan mereka mencari tempat aman terdekat.” Lebih lanjut Haryadi menyatakan sungai Code meluap akibat hujan deras di Kabupaten Sleman dan membawa material Merapi melalui Code yang membelah kota Yogyakarta. Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, menurut dia, sudah mengetahui sungai itu akan meluap dengan membawa material merapi seperti lumpur dan pasir, satu jam sebelumnya.
“Hal ini dapat dilihat ketika ada hujan dari arah utara dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama maka material erupsi Merapi akan terbawa,” katanya.
Laporan: Juna Sanbawa | Yogyakarta
• VIVAnews

Senin, 29 November 2010

Warga Robohkan Jembatan Jogoyudan

(Sumber: www.krjogja.com, Selasa, 30 November 2010 09:26:00)
Sumber foto: www.krjogja.com

      YOGYA (KRjogja.com) - Warga RW 11, Jogoyudan, Gowongan, Jetis merobohkan jembatan pejalan kaki karena menghambat arus air Kali Code menuju selatan, Selasa (30/11) pagi.
       Warga setempat, Gatot (55) menjelaskan keberadaan jembatan itu menyebabkan air banjir dari Kabupaten Sleman kemarin sore tidak dapat mengalir lancar dan membuat pepohonan yang terseret arus tersangkut.        ''Akibatnya, air meluber ke kiri kanan, dan menggenangi daerah kami. Hingga kini belum surut total. Ada rumah yang sudah roboh karena itu. Makanya kami berinisiatif untuk merobohkan jembatan ini, hingga roboh total," ujarnya.
       Dia menejalkan warga lain memahami perobohan jembatan pejalan kaki ini meskipun tidak bisa melintas sungai dan harus memutar lebih jauh.
       "'Ya sementara, lalu lalang orang disini distop dulu. Kalau mau lewat, harus memutar  lewat Jambatan Gondolayu, atau Jembatan Kewek," terangnya. (Den)

Di Jogoyudan, 5 RW Terendam

(Sumber: www.krjogja.com, Selasa, 30 November 2010 10:07:00)
Sumber Foto: www.krjogja.com

       YOGYA (KRjogja.com) - Sedikitnya rumah yang dihuni 258 di lima RW Jogoyudan hingga saat ini masih terendam banjir pasca melupanya Kali Code akibat banjir lahar dingin secara tiba-tiba pada Senin (29/11) sore.
       Ketua Posko Jogja Bangkit Arman Nur Effendi menjelaskan, di Jogoyudan, sebanyak lima RW, yakni RW 8, 10, 11, 12, dan 13, terendam banjir cukup tinggi kemarin sore. Masing-masing, yang terkena imbas adalah 26 KK (89 jiwa, RW 08), 100 KK (500 jiwa, RW 10), 43 KK (139 jiwa, RW 11), 60 KK (186 jiwa, RW 12), dan 9 KK (36 jiwa, RW 13).
       "'Hingga kini belum ada warga yang mengaku kehilangan anggota keluarganya. Kemarin sore memang ada tiga tim sar yang terjebak. Namun, sudah berhasil diselamatkan," terangnya.

Lahar Merapi Numpuk di Sabodams

(Sumber: http://www.krjogja.com/news/Senin, 15 November 2010 19:54:00)
Puncak Merapi dengan dledekan material vulkaniknya


YOGYA (KRjogja.com) - Material vulkanik Gunung Merapi telah memenuhi Sabodams yang menjadi bangunan pengendali sedimen (BPS) pada aliran sungai dan harus diwaspadai karena jumlahnya sangat besar.
            Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, Kementerian Pekerjaan Umum, Bambang Hargono mengungkapkan, berdasarkan master plan pengendalian lahar Merapi tahun 2001 telah direncanakan pembangunan sebanyak 279 sabodams. Jumlah  tersebut mampu menampung 8 juta meter kubik volume material lahar. Padahal perkiraan material erupsi Merapi yang terjadi saat ini bisa mencapai 140 juta meter kubik.
            "Sekarang ini sabodams yang sudah terbangun adalah sebanyak 244 unit dan semuanya tertimbun material lahar. Padahal, sudah dibangun 10 sabodams lain dan belum selesai hingga akhirnya Gunung Merapi meletus," ujarnya di kantor BNPB Yogyakarta, Senin (15/11).
            Menurut Bambang, pada tahun 1980-an lalu dengan 244 sabodams yang ada sudah bisa menghindari aliran lahar untuk sampai hilir sungai.  Sebab,  material yang terbawa sampai ke sungai Code berupa pasir dan lumpur tertahan di sabodams. Bahkan terpantau di sungai Opak dan wilayah Prambanan, sungai mengalir jernih.
            Namun kondisi semua sabodams yang telah tertimbun dengan menggunakan pemetaan topografi lama tidak lantas menjadikan kita bisa santai. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah bantaran sungai aliran Merapi harus terus waspada dengan berbagai kemungkinan termasuk aliran material yang luar biasa," katanya.
            Bambang menjelaskan material lahar yang mengalir ke sungai pada dasarnya memiliki suhu yang cukup tinggi. Dan, jika terjadi hujan lebat di atas 50 mili meter per jam, maka lahar akan berubah menjadi lumpur. Sedangkan, jika tidak hujan maka akan terjadi pendinginan lahar secara gradual dengan membentuk material padas yang jika saat hujan rintik akan menjadikannya batuan kecil.
            "Karena itu yang perlu terus kita awasi adalah bagaimana kondisi hujan diatas. Rencananya, sungai-sungai yang kondisinya sudah rata akan kita buatkan guide chanel. Yakni semacam sungai buatan dengan menggali sungai lama," imbuhnya.
            Hal ini, kata Bambang aliran air tidak kesana kemari. Dengan material 140 juta meter kubik yang dimuntahkan Merapi, sangat memungkinkan topografi atau sungai-sungai baru terbentuk. Selain itu akan memantau saluran irigasi petani yang terganggu akibat endapan material Merapi. 
            "Saking keruhnya aliran sungai, maka terjadi pengendapan besar-besaran pada saluran irigasi. Ini cukup mengganggu sawah petani dimana di selokan mataram saja terdapat 4000 hektar sawah padi yang potensial tidak mendapatkan air dari total 19 ribu hektar lahan lain yang juga potensial. Ini juga merupakan upaya berat yang akan kita lakukan agar para petani tetap bisa mendapatkan aliran air," tandasnya. (Ran) 

Banjir Lahar Alhamdulillah Belum Makan Korban

 Laporan wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata
Tribunnews.com - Senin, 29 November 2010 22:33 WIB
Sumber foto: Hasan Sakri-Tribunnews.com
      TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Hingga saat ini belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa atau korban luka-luka terkait banjir lahar dingin kiriman dari puncak Gunung Merapi.
        Pernyataan itu disampaikan secara resmi oleh Wakil Walikota Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti, Senin, (29/11/ 2010) dalam jumpa pers di Media Center Tanggap Darurat Bencana Merapi, Jalan Kenari, Yogyakarta.
        Dalam kesempatan itu, Haryadi mengatakan bahwa sekitar pukul 20.30 WIB arus Kali Code mulai normal. Bahkan sebagian warga sudah kembali ke rumahnya untuk membersihkan material pasir yang masuk ke dalam.
        Jembatan Kewek, Jembatan Jambu, Jembatan Gondolayu, Jembatan Sayidan, dan beberap titik jembatan lainnya juga telah dibuka. Arus lalu lintas yang tersendat juga sudah diatasi oleh polisi dari Poltabes Yogyakarta. Untuk kerusakan rumah warga masih dilakukan pendataan.
        "Untuk saat ini, khusus Jembatan Sayidan sedang dilakukan pengangaman kayu dan batang pohon. Namun, jembatannya juga sudah dibuka," kata Haryadi.

Penulis: willem_jonata
Editor: prawiramaulana


        

Kalicode Banjir Besar 20 Meter Talut Wirosaban Ambrol

M. I. Sunnah
M. Zuhrif Hudaya, Ketua Komisi C-DPRD Kota Yogyakarta

Minggu, 28 November 2010 sekitar pukul sepuluh malam Kalicode banjir lahar lagi. Ketinggian arus sungai di beberapa daerah hampir menenggelamkan talut yang membalut badan sungai. Di Daerah Karanganyar, Kota Yogyakarta bahkan hanya tinggal beberapa jengkal dari  tinggi talut.
“Saya baru saja minum kopi, tiba-tiba terdengar deburan air di mantras keras sekali. Lalu, saya keluar rumah lari mendekati sungai. Masya Allah airnya sudah meluap-luap. Masih ada penambang pasir yang beraktivitas di sebrang Wirosaban, saya teriaki banjir-banjir. Mereka pada naik, “ungkap Pak Rukimin yang tinggal di  Jotawang pinggir  Kalicode selatan ini. Sementara menurut Pak Marji, tetangga Pak Rukimin, sekitar pukul sebelas mendengar suara krosak-jleluur. Dia langsung lari mendekati sungai. “Saya lihat sebagian bangketan Wirosaban ambrol, tak lama kemudian sebagian yang lain seperti tertarik arus agak ke tengah lalu ambrol juga”. Suara ambrolnya talut tersebut membahana seperti terjadi gempa bumi. Tak pelak lagi, masyarakat kampung Jotawang  dan Kampung Wirosaban berhamburan keluar rumah berduyun-duyun menyaksikan banjir besar itu. Mereka bergerombol “pathing pethungul” di pinggir kali.  
Sekitar setengah jam kemudian, talut di sebelah selatannya juga ambrol. Ambrolnya talut kali ini diiringi jeritan histeris ibu-ibu yang menyaksikan. Maka banjir kali ini berhasil merobaohkan kurang lebih 20 meter talut yang sebelumnya fondasinya telah “growong-growong” digerus hantaman arus sungai setiap hari.
Mulailah sebagian masyarakat “mengkambinghitamkan” si backhoe yang setiap hari mangkal mengeruk pasir Kali Code itu.  Sebagian mereka yang tidak memahami "manjemen arus sungai", menyatakan, “Ini gara-gara sang backhoe itu. Dia mengeruk pasir sungai terlalu dalam, sehingga arus air justru menghantam fondasi talut, akibatnya talut malah mudah  menjadi ambrol”. “Sebaiknya, untuk sementara backhoenya dihentikan dulu saja, “ usul mereka.
Menanggapi masalah ini, Ketua Komisi C DPRD Kota Yogyakarta, M. Zuhrif Hudaya menyatakan siap segera menindaklanjuti masukan masyarakat tersebut, “Pagi ini, saya sudah mengontak Kepala Dinas terkait untuk mengecek ke Wirosaban,” katanya. Zuhrif Hudaya yang juga sekretaris DPW PKS DIY ini menjelaskan bahwa pada prinsipnya backhoe diminta mengeruk sungai hanya 80 cm ke bawah. Sebab jika tidak dikeruk sedimen akan menutupi jalur pembuangan yang ada. Akibatnya jalur pembuangannya bisa bumpet dan malah banjir. Insya segera ditindaklanjuti,” tegasnya lagi.
Senin siang hari, sang backhoe ternyata justru memperdalam lagi sisi tengah badan sungai. Hal ini sesuai dengan arahan Kepala Dinas Kimpraswil Kota Yogya, Eko Suryo sebelumnya, yang menghendaki sementara backhoe  fokus pengerukan pasir di bagian tengah sungai, sehingga dapat menciptakan arus, dan air tidak meluap ke pinggiran. Sementara itu, warga pemilik rumah di pinggir kali membuat talut darurat dari kantong pasir sepanjang talut yang runtuh. Wallahu a`lam entah tahan berapa lama talut kantong pasir ini. Semoga Kali Code hari ini tidak banjir lagi. Amiin (MIS).

Bersihkan Lahar Kali Code Butuh Sebulan




Masyarakat ikut bantu mengeruk lahar dingin Kali Code.
Ita Lismawati F. Malau
(Sumber: http://nasional.vivanews.com/SENIN, 29 NOVEMBER 2010, 06:57 WIB)








Puluhan warga menyaksikan banjir lahar dingin Merapi
di Kali Code (Antara/Wahyu Putro)


           VIVAnews - Endapan material lahar dingin dari Gunung Merapi kian menumpuk di sepanjang aliran kali Code. Endapan material lahar dingin berupa pasir dan batu ini memperdangkal dasar kali Code. 
            Menurut Dinas Pemukiman Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta, pengangkatan sedimentasi endapan di Kali Code membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan. Seperti dikutip dari laman Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Senin 29 November 2010, hal ini disebabkan keterbatasan alat berat yang beroperasi.
            Sebenarnya, Pemerintah Kota Yogyakarta tidak sendirian dalam melaksanakan pengangkatan sedimentasi material lahar dingin Merapi ini. Banyak juga warga masyarakat secara manual ikut membantu membersihkan Kali Code.
Meski orientasi pengangkatan material oleh masyarakat ini bermacam-macam. Ada yang mengangkat karena memang khawatir daerah sekitar bantaran sungai terkena meluapnya kali akibat dampak banjir lahar dingin ataupun ingin mengambil keuntungan dengan mengangkat meterial vulkanik ini untuk dijual kembali.
            Wahyono, salah seorang penambang pasir mengatakan, satu bak truk pasir erupsi Merapi dapat dijual dengan harga Rp50-60 ribu. “Lumayan mas buat nambah-nambah penghasilan,” ujar Wahyono.
• VIVAnews

Sabtu, 27 November 2010

Sebanyak 13 Ribu Warga Code Terancam Banjir

Foto dari: Profil di FB
Laporan Tribunnews.com, Wilem Jonata
(Sumber: Tribunnews.com - Sabtu, 27 November 2010 00:16 WIB)


           RIBUNNEWS.COM-YOGYAKARTA- Di musim hujan, permukiman di bantaran Kali Code yang berpenduduk sekitar 13 ribu jiwa itu terancam banjir lahar dingin.
          Untuk itu, Pemerintah Kota Yogyakarta akan bekerja sama dengan penduduk setempat serta instansi terkait mengantisipasi terjadinya banjir lahar dingin tersebut.
             "Hujan dengan intensitas tinggi yang berangsung satu hingga dua jam bisa memicu terjadinya banjir lahar dingin di bantaran Kali Code," kata Wakil Walikota Yogyakarta H Hariyadi Suyuti, Jumat, (26/11/2010) di Media Center Tanggap Darurat Bencana Merapi, Jalan Kenari, Yogyakarta.
          Langkah-langkah yang mesti dilakukan adalah dengan membangun early warning system atau sistem peringatan dini. Kemudian melaksanakan kerja bakti membangun tanggul-tanggul dari karung yang diisi dengan pasir.
          "Mengeruk endapan sedimen yang ada. Mengurangi endapan sungai untuk menormalisasi arus. Membuat sistem drainase yang ada," terangnya.           Selain itu, Pemerintah Kota, juga akan mengontrol penambangan pasir di Kali Code suipaya tidak membahayakan bangunan sekitar kali atau infrastruktur. (*)

Penulis: willem_jonata
Editor: widodo

Pasir Kali Code Bebas Pajak

(Sumber : http://www.solopos.com/By on 27 November 2010)


Jogja (Espos)--Aktivitas penambangan pasir yang marak di Kali Code tidak akan dipungut pajak galian C oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja. Hal itu karena Pemkot Jogja belum memiliki peraturan daerah (Perda) yang mengatur khusus tentang pungutan pajak galian C. Selain itu, Pemkot juga tidak memiliki aturan perizinan tentang aktivitas penambangan galian C.
            “Pemkot minimal butuh perda galian C agar bisa menarik pajak dari keberadaan pasir yang ada di Code,” ungkap pelaksana harian (Plh) Kepala Bidang Pajak Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Jogja, Tugiarto, Jumat (26/11).
            Dia juga mengatakan sejauh ini Pemkot Jogja belum pernah membahas mengenai dibuatnya Perda galian C. Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Perizinan Jogja, Heri Karyawan, saat ditemui di ruang kerjanya. Menurut dia, dinas perizinan sampai Jumat kemarin belum pernah diajak membahas dibuatnya Perda galian C oleh Walikota Jogja.
            “Belum ada pembicaraan mengarah ke situ (pembuatan perda galian C). Dilihat dari segi perizinan, kami juga tidak bisa melayani adanya pengajuan izin penambangan galian C,” ungkapnya. Karena itu, Heri menyerahkan keberadaan pasir di Code pada para warga setempat apabila pasir tersebut akan ditambang. Adapun, Heri mengungkapkan tidak menutup kemungkinan ke depannya akan dibuat semacam Perda sebagai bentuk perlindungan pada lingkungan.
            “Kemungkinan memang ada karena lingkungan di Code juga perlu dilindungi tetapi seperti yang saya bilang tadi, pembicaraan mengarah ke hal tersebut belum ada,” ungkapnya.
             Terkait dengan keberadaan pasir, Koordinator Merti Code, Totok, pernah mengungkapkan para calon pembeli pasir hasil pengurangan timbunan material diminta untuk menghubungi ketua RT atau RW setempat.
            Hal itu dilakukan untuk menghindari munculnya perselisihan antar warga akibat pasir. “Dengan melihat kejadian di lokasi lain, di wilayah Gondolayu ke utara diputuskan kalau nanti ada yang berminat untuk membeli pasir, bisa menghubungi RT atau RW,” ujar Totok.
            Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan lima alat berat untuk menangani banjir lahar dingin di sejumlah sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Deput Bidang Penanganan Darurat BNPB, Sutrisno, mengungkapkan alat tersebut akan disebar untuk mengeruk material di tiga sungai, yakni Sungai Boyong dan Code di DIY serta Sungai Putih di Magelang.
            “Pelaksanaannya sudah mulai pekan lalu,” ujarnya, di Magelang, Jumat (26/11). elain itu, pihaknya juga akan mengembalikan aliran di Sungai Batang di Dusun Jengglik Desa Ngablak Srumbung ke Sungai Putih yang merupakan hulu sungai tersebut. Hal ini dilakukan agar Sungai Batang tidak teraliri lahar dingin lagi, mengingat sebelumnya, sungai tersebut hanya berupa sungai kecil.
            Adapun untuk sejumlah sungai yang lain, pihaknya masih akan meninjau apa langkah yang perlu dilakukan. Kadus Ngepos Desa Srumbung, Haryoko mengungkapkan, jika penyimpangan di Sungai Batang dikembalikan ke Sungai Putih, maka akan memperbesar arus di Sungai Putih. “Kami khawatir nanti ketika banjir, dampaknya akan lebih besar dari sebelumnya,” katanya.
            Ia menuturkan, di sepanjang Sungai Putih, terdapat lima dam dan akibat banjir lahar dingin beberapa kali, saat ini kelimanya telah penuh material. Tanggul tepi sungai di dekat permukiman dusun tersebut yang sebelumnya setinggi enam meter, saat ini telah terisi material setinggi tiga meter.
            Bupati Magelang, Singgih Sanyoto mengungkapkan pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk menangani aliran sungai di wilayah ini, sebab hal itu menjadi urusan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu-Opak. “BBWSSO sudah akan melakukan penanganan dengan mengembalikan aliran Sungai Batang ke Sungai Putih,” katanya.

JIBI/Harian Jogja