Agus Dinar/Budi Seno
(Sumber: http://www.suarakarya-online.com/Sabtu, 11 Desember 2010)
Ilustrasi: talut bedah. Jika banjir besar
dapat wilayah Bantul bisa kena luberannya
JAKARTA (Suara Karya): Bencana banjir lahar dingin tak hanya mengancam penduduk yang berada di bantaran Kali Code, Yogyakarta. Lahar dingin dari Gunung Merapi juga menjadi ancaman serius bagi warga di 11 desa di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
Dari 11 desa di Kabupaten Bantul tersebut terdapat 20 dukuh yang wilayahnya berada di bantaran Kali Code, Kali Winongo, dan Kali Opak. "Ancaman tidak saja dari Kali Code, tetapi juga dari Kali Opak dan juga Kali Winongo. Pada banjir lahar dingin pertama kali, Senin (6/12), ribuan warga yang berada di bantaran Sungai Gajah Wong dan Kali Winongo harus mengungsi," kata Kepala Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kabupaten Bantul, DIY, Edi Susanto, kemarin.
Menurut dia, warga yang berada di pinggiran Kali Code, Kali Gajah Wong, dan Kali Winongo diminta selalu siap dan waspada banjir lahar setiap kali ada hujan lebat dengan intensitas tinggi, terutama jika hujan tersebut berlangsung di wilayah Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.
Badan Kesbangpolinmas telah menyiapkan 11 titik pengungsian untuk warga yang berada di bantaran ke tiga sungai yang melewati Kabupaten Bantul itu. Ketua Komisi C DPRD Agus Subagyo menyatakan, tiga jembatan putus akibat terjangan banjir lahar dingin. Untuk memperbaiki fasilitas umum ini, minimal harus ada anggaran sekitar Rp 1,2 miliar. "Jika ditambah dengan dua jembatan lagi yang juga rusak parah akibat terjangan banjir lahar dingin, maka anggaran yang butuhkan akan lebih banyak."
Banjir di Bandung Belum Surut
Sementara itu, jumlah warga korban banjir di Bandung Selatan yang berada di tiga tempat pengungsian hingga Jumat (10/12) mencapai 13.270 kepala keluarga (KK) atau 38.516 jiwa. Para pengungsi itu tersebar di lokasi pengungsian Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Juhana Atmawisastra menyebutkan, jumlah pengungsi tersebut difasilitasi kebutuhannya selama di pengungsian. "Di tiga kecamatan ini, jumlah pengungsi sekitar 13.270 KK atau 38.516 jiwa," ujar Juhana.
Data di BKBD Kabupaten Bandung, jumlah rumah dan fasilitas lain yang terendam di tiga kawasan tersebut yaitu 11.456 unit. Bangunan yang terendam hingga mencapai ketinggian 3 meter itu di antaranya pabrik, rumah ibadah, dan sekolah.
Jamnas Tagana
Terkait penanganan Bencana, anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) harus bisa menjadi kebanggaan masyarakat. Untuk itu, Tagana harus menjadi sumber daya manusia (SDM) yang siap ditugaskan dalam menangani bencana di mana pun.
Pesan itu disampaikan Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufrie, dalam sambutannya pada penutupan Jambore Nasional (Jamnas) Tagana 2010 di Cibubur, kemarin. Dikemukakannya lebih lanjut, bencana yang belakangan sering terjadi merupakan sebuah tantangan bagi seluruh komponen bangsa.
Selain mampu menjadi SDM yang diandalkan dalam penangulangan bencana, Tagana juga diharapkan bisa menjadi wadah untuk lebih membangun kesatuan dan persatuan bangsa.
Guna meningkatkan kemampuan manajemen bencana dan keterampilan anggota Tagana, Mensos merencanakan membangun Tagana Center. "Jadwalnya, tahun 2012 mendatang sudah selesai dan bisa digunakan," tuturnya.
Di sisi lain, Mensos juga menjanjikan akan membantu keluarga Tagana yang tewas saat melakukan tugas di Gunung Merapi. Dijelaskannya, bantuan itu bisa berupa dana untuk modal usaha. Sedangkan untuk anak-anaknya akan memperoleh bantuan biaya pendidikan. "Sampai mereka selesai di perguruan Tinggi," kata Mensos.
Seperti diketahui, ada empat orang anggota Tagana yang tewas saat melakukan tugas di Gunung Merapi. Keempat anggota Tagana itu adalah Ariatno, Samiyo, Supriyadi, dan Supriyanto. Keempatnya tewas saat terjadi letusan Gunung Merapi dahsyat pada Kamis (4/11) silam. (Agus Dinar/Budi Seno)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar