M. Zuhrif Hudaya, Ketua Komisi C-DPRD Kota Yogyakarta
Minggu, 28 November 2010 sekitar pukul sepuluh malam Kalicode banjir lahar lagi. Ketinggian arus sungai di beberapa daerah hampir menenggelamkan talut yang membalut badan sungai. Di Daerah Karanganyar, Kota Yogyakarta bahkan hanya tinggal beberapa jengkal dari tinggi talut.
“Saya baru saja minum kopi, tiba-tiba terdengar deburan air di mantras keras sekali. Lalu, saya keluar rumah lari mendekati sungai. Masya Allah airnya sudah meluap-luap. Masih ada penambang pasir yang beraktivitas di sebrang Wirosaban, saya teriaki banjir-banjir. Mereka pada naik, “ungkap Pak Rukimin yang tinggal di Jotawang pinggir Kalicode selatan ini. Sementara menurut Pak Marji, tetangga Pak Rukimin, sekitar pukul sebelas mendengar suara krosak-jleluur. Dia langsung lari mendekati sungai. “Saya lihat sebagian bangketan Wirosaban ambrol, tak lama kemudian sebagian yang lain seperti tertarik arus agak ke tengah lalu ambrol juga”. Suara ambrolnya talut tersebut membahana seperti terjadi gempa bumi. Tak pelak lagi, masyarakat kampung Jotawang dan Kampung Wirosaban berhamburan keluar rumah berduyun-duyun menyaksikan banjir besar itu. Mereka bergerombol “pathing pethungul” di pinggir kali.
Sekitar setengah jam kemudian, talut di sebelah selatannya juga ambrol. Ambrolnya talut kali ini diiringi jeritan histeris ibu-ibu yang menyaksikan. Maka banjir kali ini berhasil merobaohkan kurang lebih 20 meter talut yang sebelumnya fondasinya telah “growong-growong” digerus hantaman arus sungai setiap hari.
Mulailah sebagian masyarakat “mengkambinghitamkan” si backhoe yang setiap hari mangkal mengeruk pasir Kali Code itu. Sebagian mereka yang tidak memahami "manjemen arus sungai", menyatakan, “Ini gara-gara sang backhoe itu. Dia mengeruk pasir sungai terlalu dalam, sehingga arus air justru menghantam fondasi talut, akibatnya talut malah mudah menjadi ambrol”. “Sebaiknya, untuk sementara backhoenya dihentikan dulu saja, “ usul mereka.
Menanggapi masalah ini, Ketua Komisi C DPRD Kota Yogyakarta, M. Zuhrif Hudaya menyatakan siap segera menindaklanjuti masukan masyarakat tersebut, “Pagi ini, saya sudah mengontak Kepala Dinas terkait untuk mengecek ke Wirosaban,” katanya. Zuhrif Hudaya yang juga sekretaris DPW PKS DIY ini menjelaskan bahwa pada prinsipnya backhoe diminta mengeruk sungai hanya 80 cm ke bawah. Sebab jika tidak dikeruk sedimen akan menutupi jalur pembuangan yang ada. Akibatnya jalur pembuangannya bisa bumpet dan malah banjir. Insya segera ditindaklanjuti,” tegasnya lagi.
Senin siang hari, sang backhoe ternyata justru memperdalam lagi sisi tengah badan sungai. Hal ini sesuai dengan arahan Kepala Dinas Kimpraswil Kota Yogya, Eko Suryo sebelumnya, yang menghendaki sementara backhoe fokus pengerukan pasir di bagian tengah sungai, sehingga dapat menciptakan arus, dan air tidak meluap ke pinggiran. Sementara itu, warga pemilik rumah di pinggir kali membuat talut darurat dari kantong pasir sepanjang talut yang runtuh. Wallahu a`lam entah tahan berapa lama talut kantong pasir ini. Semoga Kali Code hari ini tidak banjir lagi. Amiin (MIS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar