Alih Bahasa

Senin, 08 November 2010

Penambang Mulai Keruk Pasir Merapi

Penulis: Mawar Kusuma Wulan   |   Editor: Marcus Suprihadi
(Sumber: Kompas.com. Senin, 8 November 2010 | 20:01 WIB)
Sumber foto: KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Warga menambang pasir yang berasal dari endapan lahar dingin di Kali Code, Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Yogyakarta, Senin (8/10/2010). Pasir tersebut selanjutnya dijual dengan harga berkisar Rp 50.000 per bak mobil.




             SLEMAN, KOMPAS.com  Meskipun berbahaya, penambang mulai mengeruk pasir di kawasan sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Beberapa sungai seperti di Kali Boyong mulai dipenuhi penambang pasir. Mereka bekerja dengan risiko tersapu lahar dingin yang bisa sewaktu-waktu terjadi.
            Sabar, seorang penambang pasir di Kali Boyong, mengaku sudah mulai menambang pasir sejak Sabtu (6/11/2010). Pasir dari Gunung Merapi bisa dijual dengan harga tinggi antara Rp 120.000 dan Rp 160.000 per truk. Tiap pekerja bisa memperoleh penghasilan Rp 30.000 per hari. Menurut Sabar, para pengungsi mulai mengeluh karena tidak memiliki dana cair. Limpahan pasir di sungai-sungai menjadi harapan warga untuk memperoleh pendapatan di tengah situasi bencana. "Memang berbahaya, tapi kami butuh uang," kata Sabar, Senin ini.
            Selain memperoleh nilai ekonomis, pengerukan pasir di sungai juga bisa mengurangi laju pendangkalan sungai. Jika sungai dipenuhi material pasir, warga was-was terhadap luapan air dari sungai. Tiap kali banjir lahar terjadi, arus sungai menjadi sangat deras dengan membawa material berupa pasir dan batu besar.
            Penambang pasir lainnya, Sapari, mengatakan bahwa kualitas pasir Merapi sangat bagus. Pasir tersebut dijual hingga ke Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai bahan bangunan. Tiap hari, satu kelompok penambang pasir yang terdiri dari tiga pekerja bisa memperoleh dua truk pasir.
Untuk menghindari bahaya banjir lahar dingin, para penambang berkoordinasi dengan rekan lain yang berada di lokasi lebih tinggi. Melalui radio HT, mereka saling mengabarkan cuaca di puncak Merapi dan peningkatan debit aliran sungai. "Risikonya memang tinggi, tapi kami tidak bekerja tanpa perhitungan," tambah Sabar.

             Untuk menghindari bahaya banjir lahar dingin, para penambang berkoordinasi dengan rekan lain yang berada di lokasi lebih tinggi menggunakan HT”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar